Berikut ulasan saya
mengenai Movie/Movie Cloud Atlas
HARAP DIPERHATIKAN BAHWA
CATATAN INI MENGANDUNG SPOILERS!!
BAGI YANG BELUM NONTON
SEBAIKNYA MENGHINDARI CATATAN INI!!
JIKA TETAP MEMBACANYA,
RESIKO DITANGGUNG SENDIRI!!!
Ok. Sebenarnya ulasan movie ini agak telat. Awal
liat dan dengar movie ini agak gimana~ gitu~. Saya emang nggak liat trailernya
atau baca sinopsisnya. Soalnya pas liat posternya, yang terbersit di benakku
adalah hal yang berkaitan dengan sirkus. Malas~~ Saya punya perasaan nggak enak kalo
soal movie yang ada kaitannya dengan sirkus, apalagi poster Cloud Atlas
tampilannya agak bernuansa gelap gitu. Hahahaha. Inilah kejelakan dari sikap
nggak mau tahu. Akhirnya setelah menonton, tak ada satupun hal yang berkaitan
dengan sirkus di dalamnya.
Yah… Saya nggak tahu
harus mulai darimana membahas movie ini. Oh! Saya baru tahu kalau movie ini
adalah movie independen! WOW! Sangat mahal juga budget-nya! Nggak
tanggung-tanggung $ 102 juta dipakai
buat movie ini, meski akhirnya laba kotornya tak bisa dibilang ‘wuah’ setelah
dikurangi dengan budget-nya. Kurasa, bukan masalah budget-nya yang menjadi
pemikiran bagi para pembuatnya. Tapi, bagaimana usaha mereka yang berjuang
mati-matian sampai Cloud Atlas akhirnya mendapati endingnya. Saya takjub ketika
membaca di Wikipedia kalau ini adalah movie independen. WOW! Sangat luar biasa!
Ok. Sudah cukup basa-basi trivia mengenai movie
ini. Jujur saja. Tema movie ini sudah akrab dengan saya minggu ini. Tentang,
“Cinta (biasanya tentang cinta yang mustahil, buktinya di movie ini
menceritakan cinta sesama jenis), masa lalu, masa kini, dan masa depan.” Saya
rasa tak usah panjang lebar membahas tentang tema ini lagi. Sudah saya bahas
sebelumnya lebih di Predestination, yaitu bagaimana pilihan dan keputusan kita
mempengaruhi time line kita. Hanya saja di predestination, hanya orang secara
khusus yang di bahas, kalau di movie ini melingkupi banyak pihak. Istilahnya
seperti efek domino, yang jatuhnya satu akan mengenai yang lain tiada henti,
terkecuali kiamat terjadi—Dan apakah setelah kiamat efek domino itu ada jaminan
akan berhenti? Sepertinya tidak. Khususnya dalam Agama Islam. Setelah mati,
manusia akan diproses sebelum diputuskan apakah ia akan masuk surga atau neraka
melalui proses Hisab. Dan proses hisab itu tak luput dari efek orang lain dalam
hidup kita. Kalau dibayangkan, sungguh mengerikan efek domino ini, ya?
Sebenarnya, saya tak tahu harus bicara apa lagi
mengenai movie ini. Ada banyak yang saya tangkap mengenai issue sosial dalam
movie ini, hanya saja, karena time line yang berbeda dan sering
melompat-lompat, beberapa issue itu jadinya tertelan oleh issue yang lain dari
time line yang berbeda, jadinya lupa dan fokus ke crita yang lain—tentunya akan
ada banyak yang kebingungan dengan movie satu ini. Saya secara pribadi, bukannya
bingung bagaimana, sih, karena sejak kemunculan Sang Tokoh Zachary, inti movie
ini adalah flashback. Mungkin sebagian penonton akan terheran-heran, apalagi
dengan kostum dan dandanan Zachary yang terkesan jaman purba gitu! Hahaha. Saya
nggak heran, ada beberapa movie yang saya nonton yang saling menyilangkan
peradaban purba dan modern, bukan dalam konteks harfiah, hanya saja tema dan
gayanya saja.
Baiklah. Saya akan coba mengulas beberapa yang
saya masih ingat. Ok. Pertama mengenai kehadiran Perempuan berkulit hitam di
lembah Zachary, dari pertemuan ini, adanya perbedaan kulit adalah masalah
sosial yang masih terjadi di sekitar kita, ntah itu minor atau tidak. Hal ini
jelas disinggung dari percakapan Si Georgie Tua pada Zachary:
“She ain't your tribe! She ain't even your color!”
Disini disinggung isu kepercayaan antara perbedaan
kulit. Bukan saja masalah itu yang saya rasa disinggung dalam percakapan ini.
Namun juga perbedaan dalam berbagai lapis dan bentuk. Ntah suku, agama, dan
ras, ataupun antar golongan. Kita diminta jangan menilai seseorang dari sisi
negatifnya saja hanya karena perbedaan tersebut. Lahirnya pemikiran stigma
jelek terhadap suatu kaum itu karena perbuatan dari individu itu, bukan secara
keseluruhan. Manusia ketika disodorkan satu hal negatif, meski ada berjuta-juta
hal positif di dalamnya, yang jadi pusat perhatiannya adalah hal negatif
tersebut, seperti yang dikatakan oleh Ibrahim Elfiky bahwa otak manusia hanya
fokus pada satu pikiran dan saat itu hal lainpun di kesampingkan. Perbedaan
hadir bukan karena tanpa alasan. Mengenai perbedaan, hal itu juga disinggung
pada Fabricant. Yoona dan Sonmi, kloning dengan wajah yang serupa ada
dimana-mana dengan hanya tujuan menjadi budak bisnis. Sosok kloning ini
menggambarkan pada kita, bahwa meski ada orang yang serupa dengan kita, entah
kembar atau tidak, tindakannya akan berbeda dengan kita sendiri. Yang berperan
penting dalam hal ini adalah perasaan.
Movie ini mengajarkan bahwa apapun tindakan kita
saat mengambil pilihan dan keputusan, akan berdampak pada diri kita dan orang
lain. Contoh yang jelas dalam movie ini adalah sikap tolong menolong. Jangan
pelit-pelit menolong orang, deh. Inti dari menolong orang itu sebenarnya adalah
menolong diri kita sendiri. Saya rasa,
movie ini cukup jelas menggambarkan
bagaimana efek menolong orang, menolong sesama manusia. Karena pada
akhirnya, segala perbuatan kita, akan kembali pada kita sendiri layaknya
bumerang. Penyesalan dari tindakan tak menolong orang lain tergambar disaat
Zachary ditodong senjata tajam sesaat perkampungannya diserang suku Kano.
Gambaran masa lalu disaat ia tak menolong Adam dan Jonas terlintas kembali dalam pikirannya. Ia
selamat berkat pertolongan gadis berkulit hitam, yang awal-awalnya kalau tak
salah hitung telah ditolongnya dua kali. So, menolong seseorang apa salahnya,
guys? Jangan malas dan egois, deh! Yang rugi, ya, kamu sendiri, tak mau
menolong dirimu sendiri di masa depan. Ini bukan isapan jempol belaka, coba
kalian pikir-pikir tentang orang yang menolong kalian dan yang kalian tolong?
Bagaimana? Cukup terkesan? Kalau belum, mungkin kalian tidak memikirkannya
baik-baik dan kurang tanggap (atau lagi belum terbalas saja. Hehehe). Menolong
orang lain itu sebenarnya adalah investasi masa depan. Jadi, jangan sungkan
menolong orang, ya! Yah, jangan juga sampai dimanfaatkan, deh,! Pintar-pintar
bawa diri aja, ya!
Georgie tua dalam movie ini saya pikir adalah
manifestasi dari pikiran-pikiran negatif manusia. Apakah dia nyata atau tidak,
itu bukan intinya, tapi hal-hal negatif itu memang jelas ada dan nyata. Ketika
dampaknya memberikan efek buruk pada diri kita, yang semula hanya khayalan,
maka akan memiliki bentuk yang nyata dan membuat kita mengalami perasaan pasang
surut.
Hanya saja, saya agak sedikit kecewa, ada beberapa
adegan n*de dan serupa yang sebenarnya nggak perlu dan hanya membuang-buang
waktu saja. Dan itupun tak terlalu intense, sehingga feels-nya nggak kena, yah,
bukan maunya apa, tapi, bisa saja dibuat adegan yang lebih menyampaikan cinta,
utamanya scene Sonmi dan Hae Joo, ada cara yang lebih baik dan romantis
ketimbang harus berbug*l ria di depan kamera. Itu toh juga nggak bakal menjadi
‘wuah’ banget bagi sebagian orang, malahan hanya menganggung saja (Saya jatuh
hati pada karakter Hae Joo, yang notabene ternyata….. hahahahaha
*guling-guling).
Sonmi, jika kalian perhatikan memiliki tanda lahir
seperti musisi yang bunuh diri itu. Ada yang bingung sampai heran kenapa Sonmi
yang kloning memiliki tanda lahir juga? (Ini tanda lahir aneh, banget, kutukan,
atau apa, sih? Kok bentuknya hampir sama dari generasi ke generasi?) juga pada
reporter itu yang memiliki tanda lahir yang unik. Mungkin saja leluhur Adam
Ewing, jatuh cinta pada pria kulit hitam yang punya sejarah dengan pria kulit
hitam sebagai penumpang gelap? Yang masih misteri adalah Zachary dan perempuan
berkulit hitam itu silsilahnya berasal dari siapa? Saya tak sempat perhatikan
baik-baik, karena lagi flu dan kepala sedikit tak fokus. Hehehehe.
Tapi, kalo saya kasih komentar, Zachary adalah
generasi Adam Ewing, bukti saya adalah kancing yang dimilikinya dari jas Ewing,
yang seperti dijadikan barang pusaka—mungkin sebagai cindera mata atas
peristiwa yang terjadi di atas kapal.
Kancingnya sudah diambil satu, mungkin sisanya dijadikan barang pusaka
atau memorial pribadi. Dan gadis berkulit hitam mungkin adalah generasi dari
budak yang menolong Ewing dari dokter gila harta. Disini berusaha diungkapkan
meski butuh beberapa tahun dan generasi lewat, kebaikan yang kita lakukan tidak
akan mati, namun akan bereinkarnasi di
masa depan. Bahwa anak cucu kita akan mendapat balasannya. Singkatnya, gambaran semua itu adalah karma.
Karma itu nyata, dan berpengaruh pada anak cucu kita. Seperti yang dikatakan Sonmi tanpa
embel-embel dan terus terang:
“And so to know thyself is only possible through
the eyes of the other. The nature of our immortal lives ...and deeds that go on
apportioning themselves... ...throughout all time is in the consequences of our
words”
Dan kata-kata lainnya yang memang benar. Ketika
kematian terjadi, sebenarnya ada banyak pintu yang terbuka. Peribahasa yang
nggak asing ditelinga kita. Yaitu, mati satu tumbuh seribu. Sonmi mengatakan
tentang hidup dan jalinan kita semua melalui kata-katanya:
“Our lives are not our own. From womb to tomb, we
are bound to others."
Perbuatan, tindakan, dan keputusan kita pada
akhirnya akan berpengaruh pada orang lain. Saya menyebutnya, efek domino abadi.
Tak akan ada habisnya dalam memengaruhi kehidupan seseorang, walau pada hal
kecil apapun, termasuk ketika kalian menginjak semut. Yah, beberapa mungkin menyebutnya Butterfly
effect, hal kecil yang memengaruhi hal besar. Sekiranya seperti itu.
Hal itu juga pernah disinggung dalam sebuah movie bertema time travel yang
berjudul “A Sound of Thunder”. Movie ini sempat menjadi movie yang cukup lama
bertengger di hatiku. Hehehe. Penjelasannya mengenai efek merubah masa lalu,
seperti efek tetesan air, dimana riaknya lama-kelamaan meluas, tapi tentu saja,
kalo setelah dipikir-pikir, paradoksnya terlalu ganas untuk dibahas. Hahahaha.
Saya tak bisa membuktikan siapa generasi siapa,
untung saja generasi Adam punya tanda lahir. Ini yang memudahkan kita untuk
mengenalinya, seandainya saja semua generasi di semua time line
memperlihatkannya, sayangnya tak semua ditunjukkan, dan lebih memilih main
petak umpet. Gadis berkulit hitam yang menolong Zachary, saya tak perhatikan
apa dia memiliki tanda lahir atau tidak. Kalau tak ada, artinya entah dari generasi cinta lama
yang bersatu dalam bentuk lain atau dari generasi budak yang kabur, yang pada
akhirnya menjadikannya saling tolong menolong selama sisa hidup mereka. Saya
tak tahu apakah Frobisher mengambil nama samaran sebagai Ewing dari leluhurnya atau apa, tapi dia tonggak
dimana lahirnya si Sonmi ini. Yah, Kan si musisi tua itu mandul. Yang jadi perhatianku, adalah generasi Si
Sixsmith dimana perannya di masa depan??? Apakah sudah silang dengan generasi
yang lain??
Yah… intinya, berlaku
baiklah pada orang, karna karma itu nyata. Mungkin kita tak akan mendapatkan
balasannya dalam kurun waktu yang dekat, namun anak cucu kita yang akan
kecipratan rejeki. Hahahaha. XD Ini juga berlaku terhadap perlakuan tak baik
kita pada orang, dan itu sudah jelas digambarkan pada keadaan Zachary yang
ditodong senjata tajam oleh salah seorang dari suku Kano.
Saya tak tahu mau
bahas apalagi. Flu yang menyerangku membuatku terbatas dalam berpikir secara
Sherlock Holmes. Hahahaha. Movie ini yang bedurasi 2.52 ini memakan waktu cukup
lama sampai saya selesai menontonnya, karena hal lain yang mengganggu. Hahaha.
Kebingungan dan misteri yang ada pada movie ini
adalah bukan hanya masalah timeline yang sering berpindah-pindah, namun
karakter utamanya kadang juga pindah
sesuai time line-nya. Mungkin itulah posternya ada banyak orang yang hadir
disana. Serta nama-nama yang banyak sekali dan jarang disebutkan siapa yang
bernama siapa, ini yang membuat penonton serasa dipaksa melompat dari satu
posisi karakter ke posisi lain.
Saya tak begitu ‘wuah’
pada movie ini. Rasanya datar banget. Entah kenapa meski movie ini mewakili
pengungkapan efek akan sesuatu, namun tetap saja ada yang kurang. Saya beri
nilai 8 dari 10. Tak bisa 9, ada beberapa yang saya ras kurang dalam hal ini,
untung saja saya tak beri nilai 7, ini karena movie ini adalah movie indipenden
dengan biaya termahal sepanjang sejarah. Serta usaha menggarap movie ini sampai
selesai, saya bertahan memberinya nilai 8 dari 10.
Bagaimana? Masih ada
bagian yang membingungkan dan perlu pembahasan? Mari kita diskusikan bersama.
Hehehe.