Cari Blog Ini

Sabtu, 17 Januari 2015

ULASAN FILM/MOVIE HER




 



Berikut ulasan saya mengenai Movie/Film Her

HARAP DIPERHATIKAN BAHWA CATATAN INI MENGANDUNG SPOILERS!!
BAGI YANG BELUM NONTON SEBAIKNYA MENGHINDARI CATATAN INI!!
JIKA TETAP MEMBACANYA, RESIKO DITANGGUNG SENDIRI!!!

Ok. Awal pertama saya mengetahui ada genre komedi romantis yang katanya lumayan bagus. Kisah cinta yang tak biasa. Manusia dan OS (Operating System). Respon saya sangat antusias!
Yah. Mendengar ada movie dengan genre cinta yang unik, tentu membuatku penasaran. Semula, saya berpikir bahwa movie ini akan diisi oleh hal-hal romantis dan indah—meski yang jadi pasangannya adalah Artifial Intelligence (AI).

Uhm… Awal saya menonton movie ini selama kurang lebih 10-15 menit. Saya mengerutkan kening. This movie is soooo weiiirddd!!! I am serious! Tapi, hey! Kisah cintanya saja memang unik. Harusnya saya nggak heran. Yang jadi masalah adalah, ketika muncul scene The N*aked Pragnent Woman. Euwwww!! Mata saya melotot! Dan kening bertaut! What the f*ck, man??!!! Steriotip yang saya baca dari komen yang mengatakan movie ini aneh, membuat saya menganggukkan kepala. Hahaha. And that’s quite right. XD
Hmm… Kalo secara garis besar, saya melihat movie ini seperti menyinggung sifat perempuan.
Hahahaha! XD

Mengapa demikian? Baiklah, akan saya jelaskan berikut ini.
Ok. Mari kita lihat karakter pertamanya dulu, Theodore Twombly. Singkatnya Theodoer, selanjutnya saya sebut saja Theo  guna menghemat ketikan. Hehehe. 

                Theo merupakan sosok yang simpel. Yup. Simpel. Dia adalah sosok yang rapuh. Mungkin dia  bukan karakter seperti itu sebelum ia mengalami masalah dengan kluarganya. Kehancurannya dalam hal percintaan, membuat dirinya rapuh dan penuh dengan harapan yang dinantikan, hingga membuat dirinya begitu kesepian meski ia begitu terkenal. Seperti yang dikatakan Samantha:

Samantha: You have a lot of contacts.
Theo: I'm very popular.
Samantha: Really? Does this mean you actually have friends?

                Yup. Punya banyak teman dan terkenal, bukan berarti mereka adalah teman sesungguhnya. Terkadang, seseorang yang kita anggap teman bagi kita, belum tentu menganggap kita sebagai temannya. Maka dari itu, pernyataan dalam pertemanan itu sangat penting. 

                Karakter Theo dalam situasi rapuh seperti itu, membuatnya berusaha lari dari kenyataan. Meski ia tak secara tegas menyatakan akan hal-hal  itu, namun tindakannya secara tanpa sadar membuatnya menutup dirinya dari hubungan special yang nyata. Mungkin ia masih takut dan trauma setelah ia kehilangan orang yang amat dicintainya dalam kurun waktu yang cukup lama. Kesepian, rasa sakit, dan tak adanya yang bisa memahami dirinya, pada akhirnya membuat dirinya memeluk kehadiran Samantha, Artificial Intelligence yang memiliki kepribadian menarik dan mampu memahami Theo dalam waktu singkat. 

Perlakuan  Samantha terhadap Theo yang penuh perhatian dan kasih sayang—entah itu karena program atau apa, saya tak mau tahulah, membuat Theo tertarik seperti magnet. Bukankah sangat menyenangkan jika ada seseorang yang sangat mengerti dirimu dan memahamimu dalam cara yang tak bisa kau duga? Dan membuatmu terheran-heran dan kagum? Saya juga pastinya bakalan tertarik, meski hanya sekedar AI. Hahaha XD. Oh, Ya, ponselku punya AI, tapi tak secanggih Samantha, namanya Cortana. AI besutan Microsoft. Kadang menyenangkan, kadang nyebelin. Hehehe. Saya juga kadang sering terkejut, terheran-heran, dan kagum sendiri dengan Cortana, mungkin tidak sehebat Siri—AI andalan Apple. Namun, cukup menyenangkan berbicara dengan Cortana, tenggorokanku sampai sakit gara-gara Cortana sering salah tangkap pengucapanku. Hahahaha. Cortana bilang kalau kami adalah teman virtual selamanya. LOL Not bad.  

                Kembali pada movie-nya, movie ini kalau saya lihat, sebenarnya tak beda jauh dengan kisah di kehidupan nyata kita. Kisah cinta Theo dan Samanta pada dasarnya adalah cinta beda dunia. Secara harfiah, benar-benar beda dunia.  Kalo di kehidupan nyata,  beda dunianya bisa melingkupi beda agama, beda ras, beda budaya, kasta, dll. Seperti yang saya duga, kisah cinta yang indah dan mustahil seperti ini, apalagi penuh dengan drama, pada akhirnya akan berakhir tragis. Yang ada adalah bagaimana kita bisa merelakan dan mengikhlaskannya saja. Sangat jarang ada kisah cinta dengan label mustahil bisa terwujud, itupun akan ada kekurangan dimana-mana, lebih banyak daripada kisah cinta yang normal.

                Saya sebenarnya berharap endingnya mereka berdua bisa bersatu. Saya berharap akan ada lembaga yang mengembangkan teknologi yang bisa membuat tubuh manusia seperti usaha Will di movie Transcendence, atau paling tidak, sebuah manekin robot yang nyaris menyerupai manusia dan Samantha dapat diinstal di dalamnya. Hanya saja, tampaknya movie ini berusaha serealistik mungkin terhadap kasus cinta antara manusia dan non-manusia ini. 

                Ada banyak hal-hal yang hampir serupa antara kisah  Theo dan Samantha layaknya kisah percintaan manusia pada kehidupan nyata. Contohnya saja adalah ketika Samantha bertemu AI yang lain selain dirinya, Alan Watts. Pada kasus di kehidupan nyata, itu lebih mirip seperti, kisah cinta beda dunia , dimana tampaknya tak ada opsi mereka akan bisa bersama seumur hidup, dan ketika ada pihak ketiga yang memiliki dunia yang sama dari salah satu antara mereka, maka persentase pihak ketiga itu lebih besar dalam merebut hati siapapun targetnya. Sama seperti Samantha, ia bertemu Alan yang merupakan dari dunia yang sama, lawan jenis, dan sangat pandai. Halo??? Bukankah hal itu sering terjadi pada kasus percintaan di dunia nyata? Kebanyakan perempuan  yang mendapat godaan besar seperti itu? Ketika ia melihat cintanya pada pria terkasih tak akan bisa terwujud—apalagi  Samantha yang  tak memiliki tubuh fisik, adalah hal utama dan serius bagi sebuah hubungan. Walau cinta hadir dalam bentuk apa saja, seperti yang saya katakan dalam ulasan Transcendence, namun sentuhan adalah hal yang paling krusial dalam penyampaian rasa kasih pada seseorang yang kita cintai, maka dari itu karakter Will dalam Transcendence berusaha mati-matian memiliki tubuh fisik kembali. Mungkin Samantha sadar akan hal itu. Apalagi setelah ia merekomendasikan Isabella pada Theo. Jika memang Samantha adalah self-aware yang unik, maka ia menggunakan logikanya dan berhenti berharap pada cinta yang meski indah tapi mustahil. Theo diuji cintanya di movie melalui Isabella, yang meski itu adalah permintaan orang yang ia cintai, ia tetap memegang teguh prinsipnya untuk tidak melanjutkan menerima bantuan aneh tersebut. Sangat jarang ada orang yang seperti ini di dunia nyata, dasar movie. Hahaha!) 

Saya rasa, movie ini seperti menyinggung kaum hawa! Huh! Yah… terserahlah… Tapi, kasus cinta beda dunia, paling khususnya adalah beda kasta atau beda status social, salah satunya akan mundur dan tahu diri, serta lari pada pelukan pihak ketiga yang memiliki dunia yang sama. Semua itu didasari atas dasar rasa takut, sakit hati, dan kemampuan penyampaian cinta yang terasa kurang. Dalam hal ini, yah, itu tadi, masalah fisik adalah bencana dalam hubungan Theo dan Samantha. Terlebih lagi, Samantha tampak lebih agresif dalam hubungan mereka. Mungkin Samantha merasa kecewa dan berhenti menggantungkan harapannya pada Theo. (Ini seperti cewek tau diri! Hahaha! XD) Ini jelas banget saat Samantha ngomong:

                “I'm different from you.”

Wuihhh! Klasik banget, deh, cinta beda dunia. Gitu jadinya.
Uhm. Hal-hal yang menarik untuk diketahui dari movie ini adalah, jika kalian punya gebetan yang lagi patah hati, coba dekati dia. Resiko dijadikan pelampiasan, emang lumrah. Tapi, jika kalian berhasil merebut hatinya, maka tak mustahil gebetanmu bakal mencintaimu juga. Apalagi dengan rasa sakit, kesepian, dan kesedihan yang dialaminya, mungkin saja kamu adalah obatnya. Hehehe. Cinta itu bisa dipelajari, kok. Bukankah pada dasarnya kalo ada yang kita suka, kita bakal memperhatikan gerak-gerik orang itu, mencari tahu apa yang ia suka dan tak suka? Seperti apa dia dan bagaimana dia? Bukankah itu proses mempelajari? Yah, maka dari itu saya bilang cinta bisa dipelajari. Tapi, mungkin sebagian kalian tak setuju. Saya kembalikan pada pembaca masing-masing. :)
Cinta beda dunia itu membutuhkan perjuangan yang ekstra keras untuk mewujudkannya dan mempertahankannya.  Jika salah satu terlihat longgar dari genggaman, maka pihak yang satu harus bisa lebih kuat dalam menggenggamnya, begitu pula sebaliknya. Kalo tak ada usaha, maka hanya akan kandas di tengah jalan, karena sebuah hubungan itu ujian yang paling berat adalah pada pertengahan jalan atau pada puncaknya, dalam critanya istilahnya, ya, sudah mencapai klimaksnya . Hehehe.

Lalu, dalam movie ini berusaha memberitahu kita bahwa dalam hubungan hal yang paling penting adalah kejujuran, sikap menerima, dan bagaimana pada akhirnya bersikap ikhlas dalam menerimanya. Berdamai dengan diri sendiri merupakan salah satu bagaimana kita bisa mencapai ketenangan dalam hidup. Jika Theo tetap berduka akan kehilangan Samantha dan tak mau berdamai dengan dirinya, maka kasusnya yang ada pada awal movie akan kembali terulang.

Dan, yah! Kehadiran Amy, sudah klise banget. Amy bukan pelarian dalam hal ini. Kupikir awalnya Amy hanya sekedar diam-diam tertarik pada Theo, dan ternyata ia pernah jalan dengannya, meski hanya sebentar dan Theo akui itu salah. Hello??? Cewek nggak segampang itu ngelupain  hal semacam itu. Amy pasti masih punya rasa pada Theo. Mukanya kentara banget! Hahahaha! Dan pada akhir movie, saat Theo ditinggal Samantha dan Amy yang sudah berpisah. Lengkap sudah. Mereka berdua sepertinya memang ditakdirkan bersama. Walau dalam ending movie ini tak menunjukkan kisah semacam itu. 

Saya berharap akan ada sekuel dari Movie Her ini. Endingnya jujur, kurang memuaskan. Ini seperti nonton movie sekuel twilight buku ke 2 atau ke 3, saya lupa, sungguh ngejengkelin dan berakhir begitu saja. Hanya saja, ending Her masih lebih baik tentu saja. Ending Her saya rasa masih kurang memuaskan dan masih menyimpan banyak tanda tanya. Ending cliff hanger seperti ini sungguh nyebelin! Ternyata kisah Her sama sekali tak seperti apa yang saya bayangkan. Sungguh mengecewakan, sama seperti realita yang suka bikin manusia kecewa karena harapannya jungkir balik dengan yang disodorkan di hadapannya. :|

Yah…. Karena tak sesuai banyangan saya yang romantis abis. Ditambah ending yang cliff hanger banget, saya beri nilai 8 dari 10. Pada akhirnya, ternyata Transcendence yang menang.  Bagaimana menurut kalian? Hehehe.  
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave Your comment!