Cari Blog Ini

Sabtu, 13 Maret 2010

Cerpen orisinil buatanku. Asli bukan jiplakan !!!!

Ini cerpen buatanku sendiri. Karena aku suka sekali dengan bintang-bintang. Maka lahirlah cerpen ini, tapi ini baru part 1. Silahkan baca dengan sabar. Daripada aku nggak posting padahal udah niat, mending aku posting per-part aja, ya ? hehehe…
Jangan ada yang protes kalau cerpen ini ngegantung, ya ! hahahahahaha !!! *evil laugh*

Saat ini aku lagi addict dengan kamen riden Den-O, aku suka akting takeru sato. Keren ! yang meranin sakurai yuuto juga* Yuichi Nakamura*. Aku suka sifatnya yang kekanak-kanakan itu !!!!! sukaaaaaaa~~~ buanget~~~~~ !! GIMMIE ONE BOY LIKE THAT !!!! HAHAHAHAHA !!!!!

silahkan baca cerpenku~~~!!! buat 'SelLa Ik TamaLa',*temen FB aku* ini cerpen yang aku bilang~~!! arigatou kalo udah di baca, ya!!!! maaf kalo baru sebagian. hehehe.... lagi sibuk kuliah soalnya. ntar di kira bo'ong lagi kalo nggak dipostingin. ok? just enjoy!!!

EL DORADO LANGIT MALAM
Part 1




Malam ini, langit bertabur bintang-bintang yang indah. Aku percaya, di atas sana aku bisa melihat masa lalu dan masa depan. Aku ingin sekali agar Yuda menemaniku saat ini. Saat-saat menyenangkan ketika memandang langit malam yang luar biasa indah.

Aku meneropong rasi bintang Orion, rasi bintang sang pemburu di langit malam. Rasi bintang yang sangat di sukai oleh Yuda. Dan aku menyukai Yuda. Namun, sayang sekali… dia telah bersama bintang-bintang itu…. jauh diatas sana.
Sekali lagi mataku meneropong bintang Rigel, salah satu bintang yang menjadi kerangka dari Orion ini. Dan juga merupakan bintang yang paling terang dalam konstelasi Orion. Aku tersenyum memikirkan betapa senangnya Yuda jika saja dia berada saat ini bersamaku.

Yuda adalah mahasiswa fakultas astronomi Bandung. Hubunganku dengan dia hanya sebatas teman sedari kecil, tapi lambat laun aku sadar kalau aku mencintai Yuda. Semuanya terlambat ketika Yuda menjalankan misi ke luar angkasa, berkat kejeniusannya dalam bidang astronomi dan antariksa. Yuda di tunjuk sebagai salah satu duta anak bangsa dari berbagai negara dalam proyek pengenalan antariksa pada dunia, proyek ini di danai oleh NASA. Saking terlalu jenius dan masih muda, dia mendapat gelar kehormatan sebagai anak jenius sang dewa antariksa di Indonesia, kegeniusannya bahkan di akui secara internasional. Aku tidak sempat memberitahu padanya kalau aku mencintainya sebagai seorang pria, bukan sekedar teman sedari kecil. Yuda meninggal saat pesawat ulang-alik yang di tumpanginya meledak ketika hendak kembali ke bumi. Masalahnya sepele, hanya sebuah lubang kecil berdiameter 0,25 cm, celakanya lubang itu adalah sumber malapetaka baginya. Sangat di sayangkan Yuda meninggal pada penerbangan pertamanya. Walaupun dia pernah mengatakan padaku kalau ia lebih suka meninggal ketika berkutat dengan apa yang dia cintai daripada meninggal diusia tua dengan umur yang panjang.

Aku tak setuju dengannya namun tak berani mengatakan hal itu.
Karena aku mencintai Yuda…. Sama seperti Yuda mencintai antariksa….
Udara dingin malam ini begitu menggigit, piayama yang kupakai tak sanggup membentengi diriku yang mulai kedinginan. Aku menggigil beberapa kali, bagiku udara dingin , bukan alasan untuk menolak pemandangan indah malam ini. Aku beruntung langit sedang cerah, jadi aku tak perlu mati kebosanan di depan TV yang memutar sinetron yang itu-itu saja.

Tangan kananku meraih sweter yang lagi nongkrong di atas meja, lalu kukenakan pada tubuhku.
Astaga! Sweter ini juga ikutan dingin!
Brrr!!!

Gigiku gemelutukan saking dinginnya, semangatku tak luluh hanya karena ini. Tidak! Aku tidak akan tidur cepat malam ini! Aku ingin mengenang saat-saat bersama Yuda …

Kami berdua pernah berkunjung ke Observatorium Boscha, waktu menjejakkan kaki di sana, Yuda sampai berteriak-teriak antusias. Katanya ini seperti ke El Dorado ala Indonesia! Ketika kutanya kenapa, jawabannya sederhana sekali, karena dia bisa melihat perhiasan dan emas langit di ujung dunia tanpa ada polusi cahaya yang menyesakkan mata. Perhiasan dan emas langit itu tak sebanding dengan perhiasan dan emas dunia yang membutakan manusia, perhiasan dan emas langit ini mampu membuat siapapun akan ber-O keras dan berdecak kagum serta menenangkan hati siapapun yang melihatnya.

Aku kembali terseyum.
“Win! Udah malem! Tidur, gih, sana!” mbak yanti tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarku, dia geleng-geleng kepala saat ia menatapku di balkon yang sedang bertopang dagu memandang langit.
“Iya, mbak. Bentar lagi.” Kataku datar, tanpa menoleh padanya.
“Beneran, ya! Nanti kamu sakit, loh!”katanya cemas.
“Iya. Kalau langitnya mulai berawan.” Aku terkekeh.

Huh!
Mbak Yanti mendengus di sertai tawa geli.

“Mbak masuk, ya!” ucapnya sembari menutup pintu kamar dari dalam.
“Yeeee….” Kataku cemberut, Aku membalikkan badan, bersandar pada pegangan pagar balkon, “telat, mbak!”
“Iya! Lain kali, mbak ketuk dulu, dech!” dia tersenyum jahil.
Mbak Yanti adalah kakak tiriku (aku anak tunggal), dia anak angkat di keluargaku. Sebenarnya dia adalah sepupu satu kali dari ibuku tapi entah kenapa mbak Yanti menjadi kakakku saat ini. Jujur saja aku senang punya kakak seperti mbak yanti, sudah kuanggap sebagai saudari sendiri. Aku sayang padanya. Dia juga yang mengenalkanku pada Yuda 8 tahun silam. Saat itu, aku sedih sekali karena tak memiliki teman, mereka membenciku karena aku anak yang lain daripada yang lain, jenius tentu saja. Entah kenapa mereka sangat membenci anak-anak jenius. Begitu juga dengan Yuda, hanya saja kami berbeda sekolah.

Kata Mbak Yanti, dia tak sengaja bertemu dengannya ketika Yuda tersesat di jalan. Semenjak itu kami berdua akrab satu sama lain. Meskipun hanya kami berdua yang saling memiliki. Menginjak bangku SMA, kami sama-sama mendaftar di SMA favorit dan diterima, di masa SMA itu kami berdua akhirnya memiliki teman yang lumayan banyak, aku sedikit iri karena Yuda tak sepenuhnya bersamaku lagi tapi aku cukup senang, walau kenyataannya hubungan kami yang erat tak seperti biasanya. Bagiku, asal Yuda memiliki teman yang mengerti dirinya, aku lega sekali.
“Masih mikirin dia?” mbak yanti duduk di salah satu kursi di balkon, melipat tangan di dada, menggigil.
“Iya, mbak. Rindu banget….” Kataku tersenyum.
“Teleskop bintang ini milik kalian berdua, kan? Hasil jerih payah kalian membuat karya tulis yang menghebohkan itu.” Mata mbak Yanti melirik teleskop bintang yang aku menangkan bersama Yuda di ajang kompetisi karya anak bangsa bidang antariksa. Kami mengajukan karya tulis dengan judul “El Dorado langit malam”
“Yuda… pasti senang, ya, di atas sana…” ucap mbak Yanti pelan.
Hening.
Tes….
Eh?

Bulir-bulir airmata membasahi kedua pipiku yang dingin.
Kusentuh dengan telunjuk kananku, aku memandang tetesan airmata itu di telunjukku, mataku kosong seketika. Aku menundukkan kepala, terdiam muram.
Aku menangis?
Kenapa?

“Menangis saja sepuasmu….” Mbak Yanti tersenyum lembut.
Ada sesuatu yang menyesakkan di hatiku, sesak sekali… rasanya sampai mau mati…. Perasaan ini begitu menyiksa batinku…. Aku ingin Yuda tahu kalau aku mencintainya… aku ingin dia tahu….
Hiks…
Hiks…
Hiks…
Aku tersuruk di pagar, menangis sesenggukan dengan kepala tertunduk, berapa kalipun aku berusaha menghapus airmata ini, tetap saja pipiku yang dingin, hangat karena airmata yang meleleh….
“Tak apa-apa… menangis saja…” mbak Yanti menutup mata, seolah-olah sedang mendengar bisikan langit malam.
“Aku menyesal tidak membalas perasaan Yuda…” kataku serak. “Aku terlalu jual mahal padanya…..” nada suaraku tertahan, “… padahal…. Jelas-jelas aku yang mencintainya setengah mati, bahkan rela mengorbankan beasiswa keluar negeri hanya untuk mengikuti lomba itu….”aku berhenti berbicara, kembali menangis sesenggukan.
Pedih sekali hati ini…..
Sangat…
“Windy…” mbak Yanti membuka mata, tersenyum muram padaku yang mati-matian menghapus airmataku yang tak kunjung berhenti.
“Aku sangat menyayangi Yuda…. Sangat…. Juga sangat mencintainya….” Kataku sesenggukan ada nada tertahan saat aku mengatakan hal itu.

Kenangan 7 bulan itu masih segar di memori otakku yang jenius. Saat itu, kami berdua makan di warung tepi jalan. Dan Yuda mengatakan padaku kalau dia mencintaiku. Aku yang di serang mendadak seperti itu, jelas-jelas panik hingga aku tertawa terbahak-bahak menutupi kepanikanku yang luar biasa, lagian aku juga sok jual mahal padanya. Melihat reaksiku seperti itu, dia amat kecewa… sungguh aku tak bermaksud menghinanya, tapi aku gugup dan panik saat itu. Dia kecewa dan frustasi mengira aku menganggap pengakuannya hanya sekedar lelucon dan sejak itu tak pernah diungkitnya lagi.

Aku ingin Yuda tahu….
Bahwa tiap tarikan napas ini hanya untuknya….
Bahwa tiap pandangan dan lirikanku hanya tertuju padanya…
Bahwa apa yang amat aku anggap berharga dan satu-satunya istimewa…. Itu adalah adalah dirinya….
Yuda-ku yang aku cintai…
Cintaku yang tak pernah tersampaikan….

“Aku ingin dia tahu, mbak… tahu kalau aku juga mencintainya lebih dari yang di bayangkan….. aku terlalu bodoh!” aku menjerit tertahan. Sesenggukan.
“Windy…” mbak Yanti berdiri dan berjalan kearahku, dia duduk di sampingku, menengadah ke langit malam yang indah…. ke El Dorado langit malam….. El Dorado milik aku dan Yuda….
“Yuda…. Pasti tahu…. Aku yakin…. Sekalipun kau tak mengatakan apa-apa..” tangan mbak Yanti mengacak-acak rambutku yang panjang terurai hingga ke pinggang.

Mendengar perkataan itu, rasa pedih di hatiku semakin menjadi-jadi. Rasanya teriris oleh sesuatu yang tak terlihat…. Begitu pedihnya hingga rasanya ingin menjerit melengking tinggi.
“Yuda…. Pasti tahu… kalau kau juga menyukainya…” mbak Yanti menarikku ke sisinya, tersenyum manis pada langit malam bertabur bintang berkerlap-kerlip menawan.
“Benarkah…?” kedua tanganku masih berusaha menghapus airmataku yang keluar tanpa izin ini, airmata bagi El Dorado-ku yang kucintai…
“Percayalah….” Kata mbak Yanti, meyakinkanku.
“Ya…” kataku sesenggukan.

Malam ini aku benar-benar menangis sepuasnya, mungkin sekarang jam sudah menujukkan pukul 1 dini hari. Mbak Yanti menyuruhku tidur agar tidak kelelahan esoknya. Yah… aku hanya mampu berjalan lunglai dengan mata bengkak ke arah wastafel, cuci muka dan gosok gigi.
Mbak Yanti mengacak-ngacak rambutku sebelum menyuruhku rebah di tempat tidur. Dari balik pintu yang setengah tertutup mbak Yanti tersenyum kearahku yang terbungkus selimut hangat, dia mematikan lampu lalu menutup pintu kamarku.

Akupun menutup mata. Walaupun masih terpikirkan masalah Yuda…
Aku mencintai Yuda… sangat… sangat mencintainya….
Andai saja ada keajaiban dia hidup kembali… aku sanggup menukar apapun bahkan nyawaku sendiri…
***

Malam itu, aku bermimpi…

~~~TO BE CONTINUE…..
Sampai jumpa di part 2 !!!!!
ARIGATOU UDAH BACA, YA !!!!!!!! ^^v

2 komentar:

Leave Your comment!